WHO Mengatakan Varian Omicron Lebih Menular dari Varian Delta dan Mengurangi Efektivitas Vaksin

Jakarta - Virus corona varian Omicron lebih cepat menular ketimbang varian Delta dan mengurangi efikasi vaksin, menurut information awal yang dicatat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Untungnya, varian Omicron tampak tidak menyebabkan gejala parah bagi orang yang mengidapnya.

Varian Delta sendiri merupakan strain virus corona yang paling menular sejauh ini. Varian yang pertama kali terdeteksi di India pada awal 2021 itu bertanggungjawab pada sebagian besar infeksi COVID-19 di seluruh dunia saat ini.

Di sisi existed, bukti awal menunjukkan bahwa Omicron menyebabkan "pengurangan kemanjuran vaksin terhadap infeksi dan penularan", kata WHO dalam penjelasan teknis, Minggu (12/12).

Mengingat information yang tersedia saat ini, kemungkinan Omicron akan melampaui varian Delta di mana transmisi komunitas terjadi.

- WHO -

WHO mengatakan Omicron telah ditemukan di 63 negara per 9 Desember 2021. Penularan lebih cepat tercatat di Afrika Selatan, di mana varian Delta kurang lazim, dan di Inggris, di mana Delta adalah pressure yang dominan.

Sebelumnya, Badan Keamanan Kesehatan Inggris melaporkan pada Jumat (10/12) bahwa vaksinasi dua dosis penuh kurang efektif terhadap varian Omicron dibandingkan dengan jenis asli COVID-19 atau varian Delta.

Meski menemukan penurunan efektivitas, para peneliti Inggris menemukan bahwa "efektivitas vaksin sedang hingga tinggi terhadap infeksi ringan 70-75 persen terlihat pada periode awal setelah dosis booster."

Produsen vaksin Pfizer-BioNTech pekan lalu mengatakan tiga dosis suntikan vaksin masih efektif melawan Omicron.

Negara-negara dengan persediaan vaksin yang cukup, seperti Inggris dan Prancis, pun telah mendorong populasi mereka untuk menerima "booster" atau suntikan vaksin ketiga untuk melawan Omicron.

Hingga kini, masih belum jelas penyebab varian Omicron dapat mengurangi perlindungan vaksin.

Karena data masih kurang, para peneliti tidak dapat menyimpulkan apakah tingkat penularan Omicron adalah karena kemampuannya untuk kabur dari respon imun, transmisibilitas yang lebih tinggi, atau justru kombinasi keduanya.

Begitu pula dengan tingkat keparahan COVID-19 yang dialami pasien pengidap corona Omicron.

Walaupun information dari para peneliti Afrika Selatan menjelaskan bahwa Omicron sejauh ini menyebabkan penyakit "ringan" atau kasus tanpa gejala, WHO mengatakan data yang ada tidak cukup untuk menyimpulkan tingkat keparahan klinis varian tersebut.

Para peneliti sedang meneliti lebih banyak soal karakteristik varian Omicron dan dampak yang mungkin dihasilkannya.

Bagaimanapun, peneliti memerlukan waktu lebih banyak untuk menyimpulkan pengetahuan tentang varian Omicron, yang baru dilaporkan ke WHO oleh Afrika Selatan pada 24 November 2021.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pertemuan Anies dan AHY Dinilai Adanya Membuka Peluang Untuk Berkoalisi di Pilpres 2024

Parah Peneliti Menemukan CO2 Padat di Bulan dan Berpotensi Manusia Bisa Tinggal Lama di Sana

Penelitian Dikagetkan Oleh Hewan Aneh dibawah Laut yang Makan Bangkai Aligator Sampai Habis