Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2021

Bebarapa Wilayah yang Terancam Tenggelam di Jakarta dan Kota Lain 10 Tahun Ke Depan

Jakarta -  Masyarakat dibuat heboh dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden yang menyinggung prediksi Jakarta bakal tenggelam 10 tahun ke depan. Proyeksi Biden tersebut berdasarkan dampak perubahan iklim, berupa naiknya permukaan laut dan tanah di Jakarta terus mengalami penurunan atau land decrease. Pernyataan Biden tidak jauh berbeda dengan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Area Administration/NASA). NASA juga memperingatkan bahwa wilayah Jakarta beserta pulau reklamasi masuk dalam kota pesisir yang terancam tenggelam oleh banyak faktor. NASA mengungkap meningkatnya permukaan air laut dan pemompaan air tanah secara luas akan menyebabkan wilayah kota akan cepat tenggelam. Menurut beberapa perkiraan, sebanyak 40 persen wilayah kota Jakarta sekarang berada di bawah permukaan laut. Sebenarnya, tidak hanya kota Jakarta saja yang terancam tenggelam dalam waktu kurun 10 tahun lagi. Ketua Lembaga Riset Kebencanaan IA-ITB, Heri Andreas

Beberapa Alasan Kenapa Cacing Penis Layak di Pertahankan dan di lestarikan

Jakarta -  Lautan Australia adalah rumah bagi keanekaragaman hayati yang menakjubkan. Namun tidak semua makhluk di sana menampilkan keindahan dan digunakan untuk daya tarik pariwisata. Salah satunya adalah Echiuran atau cacing penis. Meski wujudnya tak seindah hewan laut lainnya, namun mereka layak dicintai dan dilestarikan karena bisa menjadi kunci ekosistem di sana. Echiuran sendiri masuk dalam kelompok cacing Annelida . Ada ketidakpastian jumlah pasti spesies cacing ini, namun diperkirakan ada sekitar 236 spesies yang tersebar di seluruh dunia. Spesies Echiuran terbesar punya ukuran panjang mencapai 2 meter. Mereka punya batang berotot berbentuk sosis dan belalai panjang. Batangnya bisa bergerak dengan gelombang seperti kontraksi. Dijuluki cacing penis karena bentuk dari makhluk ini menyerupai alat kelamin manusia. Sebagian besar Echiuran hidup di pasir laut dan lumpur di dalam liang berbentuk U, kendati beberapa spesies hidup di antara bebatuan atau karang. Mereka hidup hingga ked

Bangunan Piramida Yonaguni di Jepang Hingga Saat Ini Belum Bisa di Jelaskan Secara Sains

Jakarta - Yonaguni bangunan bawah laut yang menimbulkan banyak perdebatan. Piramida Yonaguni yang berada di bawah laut Jepang yang menyimpan misterinya yang belum terpecahkan. Ditemukan pada tahun 1986 oleh instruktur diving bernama Kihachiro Aratake, hingga saat ini para ahli masih meneliti apakah piramida ini terbentuk secara alami atau buatan manusia. Formasi Piramida Yonaguni berbentuk persegi panjang dengan sudut 90 derajat dengan dinding lurus dan bertingkat. Banyak peneliti berpendapat bahwa Piramida Yonaguni dibangun ketika daerah tersebut berada di atas permukaan laut sekira 10 ribu tahun yang lalu. Namun tidak semuanya berpendapat sama. Masaaki Kimura, seorang ahli geologi kelautan di Universitas Ryukyus di Jepang telah menyelam lebih dari 100 kali ke situs ini selama 20 tahun terakhir hanya untuk mengukur formasinya. Ia yakin bahwa ini adalah sisa-sisa sebuah kota yang tenggelam akibat gempa bumi. Masaaki Kimura mengidentifikasi 10 struktur Yonaguni dan l

Cuaca Ekstrem yang Sedang Mengancam Bumi, Suhu Tertinggi yang Bisa Ditahan Manusia

Jakarta -  Dampak perubahan iklim makin terasa lewat kenaikan suhu di seluruh dunia, membuat cuaca panas yang ekstrem menjadi ancaman umat manusia. Meski tubuh manusia dirancang tangguh untuk melawan, tentu ada keterbatasan dalam menghadapi suhu panas. Hal itu memicu pertanyaan, berapa suhu paling tinggi yang bisa ditahan manusia? Menurut sebuah studi tahun 2020 terbitan jurnal Science Advancements, rata-rata orang tak bisa bertahan di atas 35 derajat celsius temperatur bola basah. Apa itu temperatur bola basah? Temperatur bola basah tidaklah sama dengan suhu udara yang biasa kita lihat di HP atau termometer ruangan. Temperatur bola basah diukur dengan termometer yang ditutupi kain yang direndam air. Alat tersebut bekerja menghitung panas sekaligus kelembapan udara. "Jika kelembapan rendah tetapi suhu tinggi atau sebaliknya, temperatur bola basah mungkin tidak akan mendekati titik kritis tubuh manusia," kata Colin Raymond , peneliti post-doktoral yang mempelajari panas ekstre